Perjalanan Menangani Kasus Pipit


Pipit sudah bekerja di Damam selama 5 tahun. Sekarang dia ingin pulang ke kampung halamannya di Malang. Masalahnya gajinya selama 5 tahun belum dibayar majikannya. Sebenarnya gaji 2 tahun pertama sudah dibayar majikan di akhir masa kontrak 2 tahun itu. Namun berhubung kontrak kerja Pipit dengan majikan itu diperpanjang, si majikan menarik kembali gaji 2 tahun yang sudah diserahkan ke Pipit. Alasannya uang itu ingin dipinjam dulu untuk beli mobil. Ternyata Pipit menghadapi kesulitan untuk meminta uang gaji yang dipinjam majikan itu ditambah 3 tahun gaji berikutnya. Karena itu Pipit menghubungi keluarganya di Malang untuk minta bantuan.

Pak Arifin, ayah Pipit, bingung harus minta bantuan kemana karena orang-orang di desanya belum tahu bagaimana cara menangani kasus seperti ini. Lalu ada seorang teman Pak Arifin yang memberi informasi soal paguyuban peduli buruh migrant di Desa Kanigoro. Pada awalnya Pak Arifin ragu-ragu untuk mendatangi paguyuban karena takut biayanya mahal dan tidak percaya paguyuban berniat baik. Namun karena Pak Arifin tidak tahu lagi harus kemana maka beliau beranikan diri ke paguyuban. Kata Pak Arifin dia merasa lega setelah mengetahui kantor paguyuban ada di Balai Desa. Ini berarti nggak main-main, katanya. "Saya semakin percaya setelah masuk ke dalam kantor paguyuban dan saya lihat di dalam kantornya ada mesin ini [sambil menunjuk komputerku]. Berarti paguyuban ini nggak main-main karena punya alat itu dan saya lihat Pak Man [Arman] pakai alat itu.

Setelah itu Arman menulis kronologi permasalahan yang sudah disampaikan oleh Bapak Arifin orang tua TKW. kemudian Arman menjelaskan ke Bapak Arifin, bahwa menangani kasus tki tidak mudah dan tidak gampang, akhirnya Arman meminta ke orang tua TKI, agar ada salah satu keluarga yang mewakili untuk mengadu permasalahan TKI a/n Pipit. Akhirnya Bapak Arifin sendiri memutuskan untuk berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan ke PJTKI yang bersangkutan, setelah sampai di Jakarta Arman dan Bapak Arifin, datang ke rumah salah satu Relawan Paguyuban. Karena perjalanan Malang - Jakarta lumayan jauh Akhirnya Arman dan orang tua TKI Bapak Arifin istirahat sejenak sambil numpang mandi, setelah itu Arman, Bapak Arifin, Dan Kordinator Mekarwangi Bapak Cardi Syaukani saat itu, melanjutkan perjalanan ke PJTKI yang bersangkutan.

Akhirnya kami bertiga naik taksi dan salah turun, seharusnya turun di Kampung melayu malah turunnya sangat jauh dari kampong melayu, karena kami bertiga berpatokan Jembatan Layang ternyata bukan jembatan layang itu yang kami maksud. Karena di Ibu Kota sangat banyak jembatan layang yang sama, mungkin Arman kelelahan karena selama di kereta tidak bias istirahat karena kereta yang di tumpanginya kelas ekonomi, itulah yang menjadi factor kelelahannya. Akhirnya tepat jam 11 siang kami bertiga berjalan kaki mencari kantor PJTKI tersebut sampai ketemu. Disitulah panas dan segala macem menemani kami bertiga. Akhirnya ketemulah PJTKI tersebut, dan Bapak Arifin awalnya yang menghadap ke Staf kantor menyampaikan permasalahan anaknya yang bermasalah di luar negri. Kemudia Arman hanya mendampingi dari belakang, setelah itu Arman jugak menyampaikan sekaligus menympaikan kronologi yang sudah ditulisnya, akhirnya staf PJTKI sok sibuk menghubungi Agency atau perwakilannya disana. Akhirnya Arman jugak berbicara banyak dengan staf PJTKI intinya agar kasus ini di selesaikan. Kemudian staf kantor meminta nomor Kontak Arman agar mudah menyampaikan informasi apabila ada informasi dari Agency di Luar negri.

Setelah itu Arman, Pak arifin dan Bapak cardi Syaukani, pamit untuk pulang dari kantor PJTKI, tetapi tidak berhenti disitu mereka bertiga langsung mendatangi BNP2TKI yang ada di Jakarta jugak, melaporkan kasus ini mengantisipasi PJTKI tidak mau menangani permasalahan ini, Arman bertiga dari kampung melayu Jalan kaki sambil melihat pemandangan di Jakarta, karena Bapak Arifin hanya pertama kalinya ke Ibu Kota, sehinngga ada kesan yang unik, karena Bapak Arifin sampai terheran-heran melihat gedung-gedung tinggi di Jakarta, setelah tiba di BNP2TKI Arman sempat kebingungan karena Arman dan Pak Cardi sudah ada di dalam di Lantai 2, justru Bapak Arifin tidak ada di belakangnya, akhirnya Arman lari lagi kebawah mencari Bapak Arifin, karena saking paniknya karena Bapak Arifin tidak penah tau Ibu Kota, Arman tergesa-gesa kebawah, eh ternyata bapak Arifin duduk nyantai sambil ngerokok menghadap ke barat, setelah itu Arman menanyakan ke Bapak Arifin kenapa tidak ikut masuk, ungkap Bapak Arifin saya malu ini kantor bapak Cardi Syaukani saya sungkan ikut masuk, akhirnya Arman menjelaskan ini bukan kantor Bapak Cardi Syaukani, ini adalah sama kayak tadi mengadukan permasalahan karena BNP2TKI ini yang menempatkan anak bapk keluar negri cuman di wakilin oleh PJTKi, itu ungkap Arman.

Akhirnya Bapak Arifin masuk kedalam ruangan lantai 2 namanya Crisis Center BNP2TKI, terus Arman mengadukan PJTKI yang sudah memberangkatkan anaknya Bapak Arifin yng mengalami permasalahan di Luar Negri.

Tiga hari kemudian, Pipit menghubungi keluaraganya yang ada di Malang bapak Arifin, bahwa Pipit sudah digaji oleh majikan, setelah itu Bapak Arifin menghubungi Arman, kebetulan waktu itu Arman masih di Jakarta, ada di rumah Relawan Paguyuban Ibu Riana Puspasari yang ada di Jakarta Selatan. setelah itu Arman meminta agar Bapak Arifin kasih nomor majikan Pipit, setelah itu Arman menghubungi Pipit lewat telekom genggamnya, saat itu jugak Arman dan Ibu Riana sempat bicara dengan Pipit. Arman memberikan arahan agar Gajinya segera dikirim ke keluarganya yang ada di Malang. Ungkap Pipit bapak belum punya Regkening, akhirnya Arman Telpon langsung ke Malang, menghubungi Bapak Arifin agar segera membuat buku Regkening. Setelah itu besoknya Bapak Arifin membuta Buku Regkening BNI.

Pada saat itu jugak Bapak Arifin memberikan nomor Regkening tersebut ke Pipit, akan tetapi majikannya memang licik, majikannya tidak mau mengantar ke Bank untuk transfer ke Indonesia, majikannya mau transfer ke Indonesia asalkan pipit gak usah ikut ke Bank, alas an Majikan Iqomah Pipit mati dan tidak berlaku. Akhirnya gaji itu tidak jadi di transfer karena TKI sendiri takut gajinya tidak dikirim ke orang tuanya. Akhirnya Arman menghubungi lagi ke Pipit menghimbau agar gajinya disimpan baik-baik, karena sudah jelas majikannya tidak mau mengantarkan ke Bank, Himbauan Arman kalau memang darurat agar gaji itu dibawa dan ditaruh yang rapat, ungkap Arman di taruh di sekeliling perut, tidak jadi persoalan walaupun kayak orang hamil. Itu ungkap Arman.

3 bulan kemudian kasus ini berlajut, karena keluarga majikannya pipit kecelakaan, dan gaji yang sudah di tangan Pipit pupuslah sudah, karena majikannya meminta paksa untuk di pinjam dulu,untuk biaya di rumah sakit. Akhirnya keluarga Pipit terus menerus menghubungi Arman. Agar bias membantu Pipit, Arman Akhirnya pontang panting lagi Fullow-up ke beberapa pihak yang terkait, kemudian sekitar berjalan 8 bulan Arman menunggu kapan kasus ini selesai. Setelah penanganan hampir mau setahun, kemudian Arman dihubungi PJTKI yang bersangkutan, kalau Pipit akan segera dipulangkan dalam waktu dekat, karena Pipit sudah ada di Agency atau perwakilan PJTKI. Disitulah majikannya pipit menyelesaikan di kantor Agency. 

Dua hari kemudian Pipit menghubungi keluarganya kalau Pipit sudah tiba di Jakarta agar keluarga menjemputnya ke Bandara Juanda Surabaya. Senanglah keluarga tetapi tidak berhenti disitu untuk Arman, karena lima hari kemudian Arman di hubungi Bapak Arifin agar kerumahnya. Pikiran Arman dikira ada masalah apa lagi, setelah Arman datang kerumahnya yang ada di Desa Tegal Sari RT 01. RW 02. Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jawatimur. Bapak Arifin bicara Agar Arman mengawal ke Bank CIMB Niaga yang ada di Malang Kota. Bapak Arifin takut Surat Cek yang di bawa pipit adalah Cek Palsu. Kemudian Arman mengawal sampai bank dan setelah itu membantu mencairkan hasil gaji Pipit selama bekerja, setelah itu cek yang di bawa Pipit memang betul-betul Cek Asli setelah dicairkan mendapatnkan 86 juta sekian. Akhirnya Arman pulang dari Bank dan lansung berpamitan ke bapak Arifin sekeluarga. Sekaligus meminta maaf, ke keluarga besarnya, mungkin penanganan Arman Lambat, karena menurut Arman kasus semacam itu tidak mudah dan tidak bias di prediksi kapan selesainya, mengingat penyelesaianya lintas Negara.

No comments:

Post a Comment