Anak Katak dan Hujan

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa? Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ujar anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut. “Anakku,” ucap sang induk kemudian, “itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik,” jelas induk katak sambil terus membelai dan anak katak itu pun mulai tenang. 

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, pemandangan yang begitu menakutkan bagi si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya. 

“Anakku, itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang,” tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan. 

“Blarrr!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali,” ucapnya sambil terus memejamkan mata. 

“Sabar, anakku,” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang. 

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!” 

Kupu-Kupu


Suatu ketika seorang lelaki mohon kepada Tuhan sekuntum bunga dan seekor kupu-kupu namun Tuhan malah memberinya sebonggol kaktus… dan seekor ulat.

Alangkah sedihnya lelaki itu, ia tak mengerti kenapa permintaannya keliru. Pikirnya, "Oh, Tuhan masih banyak tugas mengurus orang-orang lain." Dan dia memutuskan tidak akan mempertanyakannya lagi.

Setelah beberapa waktu, si lelaki memeriksa kembali permintaan yang telah lama dilupakannya. Betapa terkejutnya dia, dari sebonggol tanaman kaktus berduri dan jelek itu tumbuhlah sekuntum bunga yang elok. Dan ulat yang menjijikkan telah berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. 

Tuhan selalu melakukan yang terbaik. CaraNya selalu paling baik walaupun bagi kita kelihatannya tidak baik. Jika Anda memohon sesuatu kepada Tuhan dan ternyata yang diterima tidak seperti permohonan Anda, percayalah bahwa Tuhan akan selalu memberikan kebutuhanmu pada saat yang tepat.

Melihat apa yang Kita Lihat

Salah satu kecenderungan manusia adalah melihat kepada apa yang tidak dimilikinya dan membandingkan dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Jika hal ini yang dilakukan, maka tidak mengherankan jika hasilnya adalah mengeluh, menggerutu dan hidup yang tidak maksimal. Orang yang berhasil melihat kepada potensi yang ada di dalam dirinya dan berusaha untuk mengembangkannya dengan cara menggunakan potensi tersebut maka akan melihat kemajuan-kemajuan luar biasa di dalam hidupnya.

Kisah pemain biola legendaris abad 19 bernama Niccolo Paganini menarik untuk kita pelajari. Dalam sebuah konser yang diiringi dengan orkestra penuh, Niccolo Paganini sedang memainkan biolanya, tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, tetapi dia meneruskan permainan biolanya. Kejadian yang sangat mengejutkan terjadi lagi yaitu senar biola yang lainpun putus satu persatu dan hanya meninggalkan satu senar saja. Dalam keadaan seperti ini, seharusnya dia memilih untuk berhenti memainkan biolanya karena belum pernah ada seorangpun yang dapat memainkan biola dengan satu senar. Keadaan itu tidak membuat Niccolo Paganini menyerah, dia memilih untuk terus memainkan biola dengan satu senarnya sampai selesai dan sungguh luar biasa peristiwa itu justru mengangkat namanya lebih terkenal lagi.

Mengapa Niccolo Paganini berhasil mengatasi masalahnya? Karena dia tidak melihat kepada senar-senar yang putus. Dia tidak mau ditentukan oleh senar-senar yang putus, tetapi memilih untuk melihat dan menggunakan apa saja yang masih dia miliki yaitu satu senarnya. Dan dengan satu senar itu dia berhasil menyelesaikan permainannya yang telah membuat namanya semakin terkenal.

Musyafir dan Batu Ajaib

Seorang musafir berjalan di bawah terik matahari. Ia menghentikan langkahnya ketika tiba di sebuah pasar. Saat itu ia merasa sangat lapar karena telah berjalan berjam-jam tanpa makan. Ia kemudian menghampiri seorang lelaki di pasar dan memohon diberikan makanan. Lelaki itu menjawab, “Wah, maaf sekali pak, saya juga tidak punya makanan untuk keluarga saya.” 

Si musafir meminta bantuan ke beberapa orang lainnya di pasar itu namun semua memberikan jawaban yang sama sehingga membuatnya nyaris putus harapan. Tiba-tiba ia melihat sebuah batu bundar yang ukurannya kurang-lebih sebesar buah mangga. Si musafir mendapat ide. Diambilnya batu itu, lantas ia memberitahu laki-laki dan perempuan di pasar bahwa ia punya batu ajaib yang bisa memberikan mereka makan. 

Karena penasaran dan ingin tahu, orang-orang bergerumbul mengelilingi si musafir. Setelah perhatian semua orang tertuju pada si musafir, lalu mulailah ia menceritakan tentang batu ajaib itu. 

“Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara sekalian. Di tangan saya ada batu. Dengan batu ini, saya bisa membuat sop untuk semua orang di desa ini. Semua orang dijamin bakal kenyang. Yang saya butuhkan cuma sebuah panci dan air.” 

Seketika itu juga, salah seorang perempuan yang tinggal tidak jauh dari pasar menawarkan pindah ke rumahnya. “Di rumah saya ada air dan panci, agak besar pula. Mari ke rumah saya. Kita bisa memasak di sana.” 

Para penonton berbondong-bondong mengikuti perempuan dan musafir itu. Mereka masuk ke rumahnya. Di dapur sudah tersedia panci berisi air untuk mempersiapkan makan malam. Si musafir menaruh batu itu ke dalam panci sambil tersenyum penuh percaya diri kepada penonton yang meragukan keajaiban batu itu. 

"Sebenarnya..., " ucap Musafir itu, "sop batu ini sudah terasa enak jika dimakan begini saja, tapi kalau kalian ingin merasakan sop yang enak sekali, sebaiknya sop ini diberi wortel. Sayang sekali, tidak ada wortel di sini." 

Seorang laki-laki yang tengah menonton kemudian melangkah ke depan lalu memberikan seiikat wortel yang baru saja dibelinya dari pasar. Wortel itu lalu dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam panci. Setelah itu, seorang ibu mengusulkan agar sop itu diberi bawang agar semakin sedap, katanya. Ia lalu mengeluarkan beberapa siung bawang dari keranjang belanjaannya. Dipotong-potong bawang itu kemudian ditaburkan ke dalam panci. 

“Ada yang punya kentang?” tanya Bu Lurah.

“Saya punya bu,” kata anak remaja sambil menyerahkan tiga buah kentang kepada si musafir. 

“Bagaimana kalau ditambah kaldu ayam agar semakin gurih?”

“Ini ada dada dan paha ayam. Daging itu disuwir-suwir supaya semua dapat bagian.” 

Sop itu semakin bertambah isinya. Setiap kali ada yang mengusulkan tambahan bahan, seseorang dari kelompok itu memberikan bahan yang dibutuhkan sampai akhirnya panci itu penuh dengan rempah-rempah, sayuran, dan daging ayam. Setelah sop itu matang, para penduduk desa itu gembira dan percaya bahwa batu si musafir itu benar-benar ajaib.

Kisah Sebatang Pensil

Seorang bocah memperhatikan neneknya menulis surat. Suatu ketika ia bertanya, “Apakah nenek menulis tentang apa yang sudah kita kerjakan? Apakah kisah tentang aku?”

Nenek berhenti menulis. “Ya, aku memang sedang menulis tentang kamu,” ujarnya, “tetapi, yang lebih penting, adalah pensil yang kupakai. Aku berharap kau akan seperti pensil ini kelak jika kau dewasa.”

Bocah itu mengamati pensil nenek. Tidak ada yang istimewa.

“Tapi pensil itu tidak beda dengan pensil-pensil yang pernah kulihat!”

“Itu tergantung caramu memandang sesuatu. Pensil ini punya lima hal yang jika kau bisa kelola secara baik dalam dirimu, kau akan jadi seseorang yang senantiasa berdamai dengan dunia.”

“Pertama, kau mampu melakukan hal-hal besar, tapi jangan lupa bahwa ada tangan yang membimbing langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan dan Dia selalu membimbing kita menurut kehendakNya.”

“Kedua, sesekali aku mesti berhenti menulis dan meraut pensilku. Pensil ini akan menderita sejenak, tapi setelah itu, ia akan makin tajam. Kamu juga begitu, kau harus belajar menahan luka dan kesedihan karena itu akan membuatmu jadi seseorang yang lebih baik.”

“Ketiga, pensil memungkinkanmu menghapus tulisan yang salah. Artinya, membetulkan kesalahan bukanlah sesuatu yang buruk. Ia membantu kita agar tetap berada di jalan yang adil.”

“Keempat, yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah kayu bagian luarnya, tetapi grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang terjadi di dalam dirimu.”

“Terakhir, atau yang kelima, pensil selalu meninggalkan jejak. Dengan cara sama, kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kamu lakukan dalam hidup ini meninggalkan bekas. Karena itu, sadarilah setiap tindakanmu.”

Pagelaran Wayang Kulit dan Remo Kembar

Add caption

Melestarikan budaya Jawa, supaya budaya kita tidak ketutup oleh budaya-budaya modern seperti jaman sekarang. Agar kita bisa melihat belajar memahami pauripan atau kehidupan.

Jalanku adalah Hidupku

Di Desa inilah saya bernafas, dijalan ini pula saya mencari nafkah untuk menghidupkan keluargaku, di Desa terpencil inilah saya berjalan kaki menghibur anakku, dan di Desa ini jugak mungkin nanti saya akan di kebumikan.

Seorang Petani Membawa makanan ke sawah

Petani di Kabupaten Malang yang membawa nasi untuk di makan di sawah, agar tubuh petani itu semakin bugar menyelesaikan panenan saat itu.

Perjalanan Menangani Kasus Pipit


Pipit sudah bekerja di Damam selama 5 tahun. Sekarang dia ingin pulang ke kampung halamannya di Malang. Masalahnya gajinya selama 5 tahun belum dibayar majikannya. Sebenarnya gaji 2 tahun pertama sudah dibayar majikan di akhir masa kontrak 2 tahun itu. Namun berhubung kontrak kerja Pipit dengan majikan itu diperpanjang, si majikan menarik kembali gaji 2 tahun yang sudah diserahkan ke Pipit. Alasannya uang itu ingin dipinjam dulu untuk beli mobil. Ternyata Pipit menghadapi kesulitan untuk meminta uang gaji yang dipinjam majikan itu ditambah 3 tahun gaji berikutnya. Karena itu Pipit menghubungi keluarganya di Malang untuk minta bantuan.

Pak Arifin, ayah Pipit, bingung harus minta bantuan kemana karena orang-orang di desanya belum tahu bagaimana cara menangani kasus seperti ini. Lalu ada seorang teman Pak Arifin yang memberi informasi soal paguyuban peduli buruh migrant di Desa Kanigoro. Pada awalnya Pak Arifin ragu-ragu untuk mendatangi paguyuban karena takut biayanya mahal dan tidak percaya paguyuban berniat baik. Namun karena Pak Arifin tidak tahu lagi harus kemana maka beliau beranikan diri ke paguyuban. Kata Pak Arifin dia merasa lega setelah mengetahui kantor paguyuban ada di Balai Desa. Ini berarti nggak main-main, katanya. "Saya semakin percaya setelah masuk ke dalam kantor paguyuban dan saya lihat di dalam kantornya ada mesin ini [sambil menunjuk komputerku]. Berarti paguyuban ini nggak main-main karena punya alat itu dan saya lihat Pak Man [Arman] pakai alat itu.

Setelah itu Arman menulis kronologi permasalahan yang sudah disampaikan oleh Bapak Arifin orang tua TKW. kemudian Arman menjelaskan ke Bapak Arifin, bahwa menangani kasus tki tidak mudah dan tidak gampang, akhirnya Arman meminta ke orang tua TKI, agar ada salah satu keluarga yang mewakili untuk mengadu permasalahan TKI a/n Pipit. Akhirnya Bapak Arifin sendiri memutuskan untuk berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan ke PJTKI yang bersangkutan, setelah sampai di Jakarta Arman dan Bapak Arifin, datang ke rumah salah satu Relawan Paguyuban. Karena perjalanan Malang - Jakarta lumayan jauh Akhirnya Arman dan orang tua TKI Bapak Arifin istirahat sejenak sambil numpang mandi, setelah itu Arman, Bapak Arifin, Dan Kordinator Mekarwangi Bapak Cardi Syaukani saat itu, melanjutkan perjalanan ke PJTKI yang bersangkutan.

Akhirnya kami bertiga naik taksi dan salah turun, seharusnya turun di Kampung melayu malah turunnya sangat jauh dari kampong melayu, karena kami bertiga berpatokan Jembatan Layang ternyata bukan jembatan layang itu yang kami maksud. Karena di Ibu Kota sangat banyak jembatan layang yang sama, mungkin Arman kelelahan karena selama di kereta tidak bias istirahat karena kereta yang di tumpanginya kelas ekonomi, itulah yang menjadi factor kelelahannya. Akhirnya tepat jam 11 siang kami bertiga berjalan kaki mencari kantor PJTKI tersebut sampai ketemu. Disitulah panas dan segala macem menemani kami bertiga. Akhirnya ketemulah PJTKI tersebut, dan Bapak Arifin awalnya yang menghadap ke Staf kantor menyampaikan permasalahan anaknya yang bermasalah di luar negri. Kemudia Arman hanya mendampingi dari belakang, setelah itu Arman jugak menyampaikan sekaligus menympaikan kronologi yang sudah ditulisnya, akhirnya staf PJTKI sok sibuk menghubungi Agency atau perwakilannya disana. Akhirnya Arman jugak berbicara banyak dengan staf PJTKI intinya agar kasus ini di selesaikan. Kemudian staf kantor meminta nomor Kontak Arman agar mudah menyampaikan informasi apabila ada informasi dari Agency di Luar negri.

Setelah itu Arman, Pak arifin dan Bapak cardi Syaukani, pamit untuk pulang dari kantor PJTKI, tetapi tidak berhenti disitu mereka bertiga langsung mendatangi BNP2TKI yang ada di Jakarta jugak, melaporkan kasus ini mengantisipasi PJTKI tidak mau menangani permasalahan ini, Arman bertiga dari kampung melayu Jalan kaki sambil melihat pemandangan di Jakarta, karena Bapak Arifin hanya pertama kalinya ke Ibu Kota, sehinngga ada kesan yang unik, karena Bapak Arifin sampai terheran-heran melihat gedung-gedung tinggi di Jakarta, setelah tiba di BNP2TKI Arman sempat kebingungan karena Arman dan Pak Cardi sudah ada di dalam di Lantai 2, justru Bapak Arifin tidak ada di belakangnya, akhirnya Arman lari lagi kebawah mencari Bapak Arifin, karena saking paniknya karena Bapak Arifin tidak penah tau Ibu Kota, Arman tergesa-gesa kebawah, eh ternyata bapak Arifin duduk nyantai sambil ngerokok menghadap ke barat, setelah itu Arman menanyakan ke Bapak Arifin kenapa tidak ikut masuk, ungkap Bapak Arifin saya malu ini kantor bapak Cardi Syaukani saya sungkan ikut masuk, akhirnya Arman menjelaskan ini bukan kantor Bapak Cardi Syaukani, ini adalah sama kayak tadi mengadukan permasalahan karena BNP2TKI ini yang menempatkan anak bapk keluar negri cuman di wakilin oleh PJTKi, itu ungkap Arman.

Akhirnya Bapak Arifin masuk kedalam ruangan lantai 2 namanya Crisis Center BNP2TKI, terus Arman mengadukan PJTKI yang sudah memberangkatkan anaknya Bapak Arifin yng mengalami permasalahan di Luar Negri.

Tiga hari kemudian, Pipit menghubungi keluaraganya yang ada di Malang bapak Arifin, bahwa Pipit sudah digaji oleh majikan, setelah itu Bapak Arifin menghubungi Arman, kebetulan waktu itu Arman masih di Jakarta, ada di rumah Relawan Paguyuban Ibu Riana Puspasari yang ada di Jakarta Selatan. setelah itu Arman meminta agar Bapak Arifin kasih nomor majikan Pipit, setelah itu Arman menghubungi Pipit lewat telekom genggamnya, saat itu jugak Arman dan Ibu Riana sempat bicara dengan Pipit. Arman memberikan arahan agar Gajinya segera dikirim ke keluarganya yang ada di Malang. Ungkap Pipit bapak belum punya Regkening, akhirnya Arman Telpon langsung ke Malang, menghubungi Bapak Arifin agar segera membuat buku Regkening. Setelah itu besoknya Bapak Arifin membuta Buku Regkening BNI.

Pada saat itu jugak Bapak Arifin memberikan nomor Regkening tersebut ke Pipit, akan tetapi majikannya memang licik, majikannya tidak mau mengantar ke Bank untuk transfer ke Indonesia, majikannya mau transfer ke Indonesia asalkan pipit gak usah ikut ke Bank, alas an Majikan Iqomah Pipit mati dan tidak berlaku. Akhirnya gaji itu tidak jadi di transfer karena TKI sendiri takut gajinya tidak dikirim ke orang tuanya. Akhirnya Arman menghubungi lagi ke Pipit menghimbau agar gajinya disimpan baik-baik, karena sudah jelas majikannya tidak mau mengantarkan ke Bank, Himbauan Arman kalau memang darurat agar gaji itu dibawa dan ditaruh yang rapat, ungkap Arman di taruh di sekeliling perut, tidak jadi persoalan walaupun kayak orang hamil. Itu ungkap Arman.

3 bulan kemudian kasus ini berlajut, karena keluarga majikannya pipit kecelakaan, dan gaji yang sudah di tangan Pipit pupuslah sudah, karena majikannya meminta paksa untuk di pinjam dulu,untuk biaya di rumah sakit. Akhirnya keluarga Pipit terus menerus menghubungi Arman. Agar bias membantu Pipit, Arman Akhirnya pontang panting lagi Fullow-up ke beberapa pihak yang terkait, kemudian sekitar berjalan 8 bulan Arman menunggu kapan kasus ini selesai. Setelah penanganan hampir mau setahun, kemudian Arman dihubungi PJTKI yang bersangkutan, kalau Pipit akan segera dipulangkan dalam waktu dekat, karena Pipit sudah ada di Agency atau perwakilan PJTKI. Disitulah majikannya pipit menyelesaikan di kantor Agency. 

Dua hari kemudian Pipit menghubungi keluarganya kalau Pipit sudah tiba di Jakarta agar keluarga menjemputnya ke Bandara Juanda Surabaya. Senanglah keluarga tetapi tidak berhenti disitu untuk Arman, karena lima hari kemudian Arman di hubungi Bapak Arifin agar kerumahnya. Pikiran Arman dikira ada masalah apa lagi, setelah Arman datang kerumahnya yang ada di Desa Tegal Sari RT 01. RW 02. Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jawatimur. Bapak Arifin bicara Agar Arman mengawal ke Bank CIMB Niaga yang ada di Malang Kota. Bapak Arifin takut Surat Cek yang di bawa pipit adalah Cek Palsu. Kemudian Arman mengawal sampai bank dan setelah itu membantu mencairkan hasil gaji Pipit selama bekerja, setelah itu cek yang di bawa Pipit memang betul-betul Cek Asli setelah dicairkan mendapatnkan 86 juta sekian. Akhirnya Arman pulang dari Bank dan lansung berpamitan ke bapak Arifin sekeluarga. Sekaligus meminta maaf, ke keluarga besarnya, mungkin penanganan Arman Lambat, karena menurut Arman kasus semacam itu tidak mudah dan tidak bias di prediksi kapan selesainya, mengingat penyelesaianya lintas Negara.

Penanganan Masalah TKI MAlaysia



PAGELARAN Pada tanggal 18 Pebruari 2011. Paguyuban Paseban yang terletak di Desa Kanigoro Pagelaran Kabupaten Malang, kedatangan keluarga TKI yang meninggal di Negara Malaysia, kemudian keluarga menceritakan kronologi permasalahan kepada Advokasi Mekarwangi Arman di rumahnya. Saat itu, Mustofa kakak TKI menyampaikan bahwa TKI meninggal bukan karena kecelakaan atau hal yang lain yang mengaitkan majikan. TKI satu anak itu meninggal karena penyakit darah beku yang menyebar ke saraf otak. Karena adiknya di Malaysia bersetatus illegal akhirnya Mustofa kaka TKI memintak arahan kepada Arman Advokasi Mekarwangi.

Saat itu jugak advokasi Mekarwangi menghubungi saudara sepupu dan istrinya TKI /Zubaidi yang saat ini masih di Malaysia, akhirnya Advokasi Mekarwangi mendapatkan Informasi bahwa benar Zubaidi alias Hasan Bisri meninggal karena sakit di Rumah sakit Sungai Bulu Selangor Malaysia, setelah mendapatkan Informasi dari Istri dan saudaranya yang sama-sama bekerja di Malaysia, nama yang tercantum di Pasport bukan Zubaidi melainkan Hasan Bisri. Setelah itu Arman menghubungi pihak Muspika Pagelaran karena ini pemberangkatan Ilegal dan memanipulasi dokumen, Arman mengaitkan pihak yang berwajib, kemudian dari pihak kepolisian dan Camat Pagelaran dan Perangkat Desa Brongkal mendatangi Rumah Duka.meminta penjelasan kepihak keluarga.

Setelas berdiskusi selama satu jam lebih dengan pihak keluarga, dari pihak kepolisian sepakat akan mendatangkan tim dokter asal Kabupaten Malang untuk melakukan otopsi memastikan apakah benar bahwa Hasan Bisri itu betul-betul keluarga Mustofa. Setelah mendapatkan penjelasan seperti itu kemudia Arman menghubungi Bapak Hariadi kepala UPT3TKI di Jawa Timur dan BP2TKI Bapak Sueb agar mengondisikan pemulangan Jenazah Zubaidi mengingat TKI bersetatus Ilegal. Setelah itu Arman menghubungi pihak UPT3TKI bahwa Jenazah melalui penerbangan Malaysia Airlains penerbangan pukul 16:30 jam Malaysia, tiba di Juanda Surabaya 18:10 Wib.

Jenazah Zubaidi alias Hasan Bisri dibawa pulang oleh keluarganya menuju rumah halaman yang terletak di Desa Brongkal Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang, dibawa mobil ambulance yang disediakan oleh pehak Dewan komisi IV Kepanjen Malang. Karena pihak DPRD Bapak Sanusi MSi hanya bisa membantu menyediakan mobil Ambulance dan Sopir beserta bahan bakar secukupnya. Disaat pulang dari Juanda Surabaya Arman CS mengalami musibah, mobil yang ditumpangi lepas roda depan kanan , sehingga perjalanan menuju kampung halaman tidak mulus, sehingga perjalanan kami tertunda selama 3 jam lebih, setelah itu Arman mencari bengkel terdekat di Jalan Raya Sidoarjo untuk membenahi roda depan yang lepas agar bisa cepat tiba di kampong halaman.

Satu jam lebih orang bengkel tersebut membenahi mobil Ambulance, akhirnya selesai sudah, dan kami meneruskan perjalanan ke Malang. Tepat pukul 23 lebih Ambulance tiba di rumah duka, segitu banyaknya kerabat dan Masyarakat sekitar ingin melihat Jenazah Zubaidi alias Hasan Bisri, sehingga dari pihak kepolisian Pagelaran dan tim Dokter untuk memastikan apakah Jenazah benar-benar Zubaidi susah untuk masuk ke dalam rumah duka. Akhirnya pihak Kepolisian dan Perangkat Desa setempat menghimbau masyarakat kecuali keluarga dilarang keluar dulu, akhirnya satu-persatu menyadari masyarakat keluar, setelah itu didalam rumah duka hanya ada tim Dokter Kepolisian Perangkat Desa dan kami sendiri, akhirnya dimulailah membuka peti Jenazah untuk dilihat raut wajah Zubaidi alias Hasan Bisri, setelah dibukak hanya wajah Jenazah, akhirnya pihak keluarga mengakui bahwa Jenazah itu betul-betul Jubaidi alias Hasan Bisri, kemudian Arman Advokasi mekarwangi mendiskusikan kasus ini kepihak Muspika Pagelaran, bahwa ini benar artinya sudah bisa di pertanggung jawabkan. Dan pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk pemakaman esok harinya. Kemudian Arman, Muspika Pagelaran, dan Perangkat Desa pamit kepihak keluarga mengucapkan bela sungkawa, akhirnya kami pulang kerumah dan kasus selesai


Sumber Informasi. Sp. Paseban Kanigoro Pagelaran Malang.