Musyafir dan Batu Ajaib

Seorang musafir berjalan di bawah terik matahari. Ia menghentikan langkahnya ketika tiba di sebuah pasar. Saat itu ia merasa sangat lapar karena telah berjalan berjam-jam tanpa makan. Ia kemudian menghampiri seorang lelaki di pasar dan memohon diberikan makanan. Lelaki itu menjawab, “Wah, maaf sekali pak, saya juga tidak punya makanan untuk keluarga saya.” 

Si musafir meminta bantuan ke beberapa orang lainnya di pasar itu namun semua memberikan jawaban yang sama sehingga membuatnya nyaris putus harapan. Tiba-tiba ia melihat sebuah batu bundar yang ukurannya kurang-lebih sebesar buah mangga. Si musafir mendapat ide. Diambilnya batu itu, lantas ia memberitahu laki-laki dan perempuan di pasar bahwa ia punya batu ajaib yang bisa memberikan mereka makan. 

Karena penasaran dan ingin tahu, orang-orang bergerumbul mengelilingi si musafir. Setelah perhatian semua orang tertuju pada si musafir, lalu mulailah ia menceritakan tentang batu ajaib itu. 

“Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara sekalian. Di tangan saya ada batu. Dengan batu ini, saya bisa membuat sop untuk semua orang di desa ini. Semua orang dijamin bakal kenyang. Yang saya butuhkan cuma sebuah panci dan air.” 

Seketika itu juga, salah seorang perempuan yang tinggal tidak jauh dari pasar menawarkan pindah ke rumahnya. “Di rumah saya ada air dan panci, agak besar pula. Mari ke rumah saya. Kita bisa memasak di sana.” 

Para penonton berbondong-bondong mengikuti perempuan dan musafir itu. Mereka masuk ke rumahnya. Di dapur sudah tersedia panci berisi air untuk mempersiapkan makan malam. Si musafir menaruh batu itu ke dalam panci sambil tersenyum penuh percaya diri kepada penonton yang meragukan keajaiban batu itu. 

"Sebenarnya..., " ucap Musafir itu, "sop batu ini sudah terasa enak jika dimakan begini saja, tapi kalau kalian ingin merasakan sop yang enak sekali, sebaiknya sop ini diberi wortel. Sayang sekali, tidak ada wortel di sini." 

Seorang laki-laki yang tengah menonton kemudian melangkah ke depan lalu memberikan seiikat wortel yang baru saja dibelinya dari pasar. Wortel itu lalu dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam panci. Setelah itu, seorang ibu mengusulkan agar sop itu diberi bawang agar semakin sedap, katanya. Ia lalu mengeluarkan beberapa siung bawang dari keranjang belanjaannya. Dipotong-potong bawang itu kemudian ditaburkan ke dalam panci. 

“Ada yang punya kentang?” tanya Bu Lurah.

“Saya punya bu,” kata anak remaja sambil menyerahkan tiga buah kentang kepada si musafir. 

“Bagaimana kalau ditambah kaldu ayam agar semakin gurih?”

“Ini ada dada dan paha ayam. Daging itu disuwir-suwir supaya semua dapat bagian.” 

Sop itu semakin bertambah isinya. Setiap kali ada yang mengusulkan tambahan bahan, seseorang dari kelompok itu memberikan bahan yang dibutuhkan sampai akhirnya panci itu penuh dengan rempah-rempah, sayuran, dan daging ayam. Setelah sop itu matang, para penduduk desa itu gembira dan percaya bahwa batu si musafir itu benar-benar ajaib.

No comments:

Post a Comment